Sabtu, 02 Juni 2012

INDONESIA SARANG IMIGRAN GELAP


            Sebagai negara yang memiliki daya tarik tersendiri bagi bangsa lain, Indonesia banyak dikunjungi oleh para imigran yang datang dari berbagai negara. Setiap tahunnya jumlah imigran yang datang ke Indonesia selalu bertambah. Tingginya tingkat imigrasi ini, banyak menimbulkan permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Sering kali para imigran masuk ke Indonesia tanpa melalui birokrasi yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. Imigran seperti ini disebut imigran gelap.
Direktorat Jenderal Imigrasi Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia mencatat jumlah kasus imigran gelap di Indonesia pada tahun 2010 mengalami peningkatkan hampir 100 persen dibanding tahun sebelumnya (ANTARA News). Kebanyakan imigran gelap yang datang berasal dari negara yang sedang mengalami konflik. Afghanistan menempati tempat tertinggi sebagai negara asal imigran gelap di Indonesia diikuti Irak, Iran, Sri Lanka, Pakistan, India, Bangladesh, dan negara-negara lainnya.
Para imigran gelap ini biasa masuk ke Indonesia melalui Tanjung Balai, Batam, Bali, perairan teluk Banten, Medan, Kepulauan Riau, Mataram, juga Indonesia Timur. Kebanyakan mereka masuk melalui laut, tapi tidak jarang melalui udara. Bandara international Soekarno Hatta juga rentan dimasuki para imigran gelap ini. Mereka masuk dengan memalsukan dokumen keimigrasian yang kebanyakan beralasan karena negara asal mereka dalam kondisi perang atau kemiskinan. Sehingga mereka mencari suaka politik karena tidak mendapat perlindungan di negara asalnya.
Faktor lain para imigran gelap mudah menyusup adalah lemahnya sistem keamanan di Indonesia yang membuat Indonesia sering dimanfaatkan sebagai tempat transit para imigran gelap yang hendak ke Australia dan Indonesia juga dijadikan sebagai tempat pelarian para imigran dari negara lain yang telah habis masa imigrasinya di negara tersebut.
Potensi masalah yang muncul dengan adanya imigran gelap di Indonesia salah satunya adalah imigran gelap membuat citra Indonesia menjadi buruk di mata dunia Internasional karena membuktikan Indonesia tidak mampu menjaga keamanan negaranya sendiri.
Inilah yang paling mengerikan dan memprihatinkan, tanpa adanya pengawasan dan penanganan yang masif menyebabkan Indonesia menjadi tempat pengedaran narkoba dan bandar narkobanya kebanyakan adalah imigran gelap dari Afrika. Mereka masuk Indonesia dengan berbagai cara, baik sebagai turis, pedagang atau pebisnis. Tanah Abang merupakan salah satu sentral kegiatan para orang Afrika di Jakarta.
Hal yang paling baru untuk kita ketahui adalah Indonesia bukan hanya sebagai tempat transit imigran gelap seperti tahun-tahun sebelumnya tetapi sudah menjadi jalur penyelundupan dan perdagangan manusia. Perdagangan manusia ini lebih susah dideteksi daripada pengedaran narkoba karena mereka dianggap pendatang illegal tanpa dokumen yang hendak menyeberang ke Australia.
Masalah lain yang tidak kalah membuat resah masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia akibat banyaknya imigran gelap yang datang ke Indonesia adalah masalah terorisme. Di mana kita tahu, dengan sistem yang ada di Indonesia, para imigran gelap dengan mudahnya mendapatkan dokumentasi kependudukan yang ‘asli’. Dari semua aksi terorisme di Indonesia, terbukti semuanya terhubung dengan jaringan International yang masuk keluar Indonesia seperti rumah sendiri.
Melihat semakin peliknya masalah-masalah ini, perlu adanya ketegasan dalam mencari penyelesaian yang tepat. Penyebaran narkoba yang merusak moral bangsa ini harus segera dihentikan dengan diperketatnya pengawasan daerah perbatasan. Indonesia, yang sudah diketahui masyarakat Internasional sebagai negara kepulauan terbesar, memiliki perbatasan yang sangat luas namun tidak diimbangi dengan jumlah petugas yang mengawasi. Ini menyebabkan lemahnya pengawasan di daerah perbatasan. Padahal daerah ini adalah daerah penting untuk mempertahankan batas-batas negara. Yang harus negara kita lakukan adalah merekrut lebih banyak petugas dan memberikan sosialisasi pada masyarakat sekitar perbatasan untuk bersama menjaga perbatasan negara kita, serta menerapkan teknologi canggih yang mampu mengontrol daerah perbatasan sehingga minimnya petugas dapat diimbangi.
Untuk masalah keaslian identitas, dapat diterapkan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTPE). Dengan adanya teknologi ini, identitas tiap warga negara tidak mudah dipalsukan dan tiap warga negara hanya dapat memiliki satu kartu tanda penduduk ini. 
Solusi-solusi ini harus dilaksanan dengan kerja sama yang baik antara seluruh warga negara dan pemerintah untuk menjaga negara kita tercinta ini.

Nama Anggota:
Mulia Wita F34100096
Muhjah Fauziyyah H34100059
Safrullah Cahya Mardika F14100138
Adhita Puspitasari A24100125
L.B. Raditya F2410088
Richardus Keiya I34100

Tidak ada komentar:

Posting Komentar